Friday, June 18, 2010

World Cup 2010 : Grup C Partai Neraka !!!

Grup C jungkir balik tidak karuan. Keadaan ini menambah bukti bahwa banyak kejutan terjadi di World Cup 2010. Bola jabulani yang bundar dalam iringan trompet vuvuzela yang nyaring, menyuguhkan berbagai keanehan ‘sihir’ yang menakjubkan. Lalu apa yang terjadi jika putaran pertama buat grup C usai di tanggal 23 Juni nanti? Negara mana yang boleh melenggang ke babak 16 besar, dan Negara mana yang harus angkat koper?

Slovenia memiliki peluang terbesar untuk masuk. Satu-satunya kemungkinan yang mampu menggusurnya tanpa syarat hanya dan hanya jika Slovenia dikalahkan Inggris dan Amerika memenangi laganya atas Aljazair.

Slovenia dapat pula tergusur jika Slovenia kalah dengan syarat Aljazair menang dengan jumlah gol yang dapat melebihi Slovenia. Misal Amerika ditekuk 3-0, maka Aljazair akan memperoleh gol memasukkan 3 dan kemasukan 1. Sementara Slovenia tetap memasukkan 3 dan kemasukan 2.

Cukup bermain draw bagi Slovenia tiket ke babak berikutnya sudah dapat digenggam di tangan. Jika Slovenia draw dan Amerika unggul atas Aljazair maka selisih gol akan menentukan peringkat 1 dan 2 di grup C ini. Jika Amerika mampu menyingkirkan Aljazair dengan selisih gol 2 maka Amerika akan bertengger di peringkat pertama. Amerika dan Slovenia memiliki nilai masing-masing 5.

Jika Amerika dan Inggris dalam pertandingan terakhirnya masing-masing mampu menekuk lawannya maka skuad The Three Lions dan pasukan The Yank akan masuk. Selisih gol akan menentukan siapa yang bertengger di peringkat pertama dan siapa yang jadi runner up-nya. Kedua kesebelasan ini akan meraih masing-masing nilai 5.

Jika Slovenia unggul atas Wayne Rooney dkk maka ia berhak didampingi oleh kesebelasan pemenang laga antara Amerika dan Aljazair. Dalam hal ini posisi Amerika lebih baik dari Aljazair. Ia hanya membutuhkan nilai seri saja.

Karena semua kemungkinan dapat terjadi, semua kesebelasan masih memiliki peluang untuk masuk ke putaran 16 besar. Di samping melakukan konsolidasi dan merencanakan strategi paling jitu di pertandingan akhir, ada baiknya manager masing-masing tim mencari ‘cara alternatif’. Berdoa dan puasa itu hal positip. Tapi yang negatip juga dapat ditempuh. Kebetulan kejuaran berlangsung di Benua Afrika, maka sang manager bisa saja mencari dukun ‘voodoo’ yang ampuh. Dengan cara ini diharapkan penyerang lawan akan mencret sepanjang pertandingan. Pergantian celana pemain pasti terbatas. Tak mungkin lah ganti sampai duapuluh kali!

---

Thursday, June 17, 2010

World Cup 2010 : Rahasia Kekalahan Spanyol dari Swiss

Pertanyaan yang muncul dini hari 17 Juni, seusai laga World Cup 2010 di Grup H, adalah mengapa Spanyol bertekuk lutut di hadapan kesebelasan Swiss. El-Matador, penyandang juara Eropa 2008, yang digadang-gadangkan akan berpesta gol ternyata buntu. Gawang negeri jam tangan Switzerland bagaikan bercover batu cadas, tak mampu ditembus Xavi dkk.

Para pengamat dan ahli strategi persepakbolaan mencoba menganalisa penyebab kekalahan Spanyol yang mengejutkan ini.

Ada yang bilang ini berkaitan dengan masalah disiplin. Swiss mempunyai tradisi tepat waktu. Industri jam tangan di negerinya menuntut ketepatan dan keakuratan. Jika terlalu cepat, apalagi lambat, maka tidak akan laku di pasaran.

Akan halnya negeri Banteng Ketaton sungguh berbeda. Namanya juga banteng, ya… kurang disiplin lah. Kerjanya hanya menyeruduk sepanjang 2 x 45 menit kesana kemari tanpa hasil.

Dari segi kostum yang dikenakan kedua kesebelasan juga sudah berbicara demikian. Swiss menjadi kesatria suci tanpa dosa karena menyandang kostum putih. Sedangkan El-Matador, betul pemberani, dengan kaos merah itu, tapi itu berlumurkan darah banteng yang sering ditusuk pedang matador. Dosa lho, suka menyakiti bintatang itu. Kesimpulannya yang suci lebih diberkahi daripada yang suka menyakiti khewan.

Ada yang mengkambinghitamkan bola Jabulani yang terbuat dari kulit badak sebagai biang kekalahan Spanyol. Bisa jadi. Soalnya, pelatih Inggris Fabio Capello menilai bola resmi Piala Dunia 2010 Jabulani ini merupakan bola terburuk yang pernah dilihatnya sepanjang karirnya sebagai pelatih. Menurut Capello, Jabulani telah mengacaukan pelaksanaan Piala Dunia 2010. Karena itu, Capello berencana akan melakukan perubahan komposisi pemain ketika Inggris menghadapi Aljazair dalam pertandingan lanjutan Grup C.

Pemain-pemain El-Matador seperti David Villa, Xavi Hernandez atau Iniesta terlalu monoton dan kaku, selalu menembak ke gawang lawan yang sudah dijaga kiper Swiss, Diego Benaglio yang piawai. Seharusnya mencoba menembak kesamping kiri atau kanan gawang yang tidak terjaga. Dengan Jabulani, bola, dengan sendirinya akan berbelok sendiri ke gawang lawan tanpa terduga. Kalau nggak percaya tanya pemain Brazil pencetak gol pembuka sewaktu mengalahkan Korea Utara 2 – 1.

Apakah kualitas pelatih “La Furia Roja” Spanyol di bawah Swiss? Mungkin juga. Itu tergantung dilihat dari sisi mana. Vicente Del Bosque, pengganti Aragones pelatih El-Matador di Piala Eropa 2008, memang lebih jelek dibanding Ottmar Hitzfeld pelatih Negeri Rolex. Itu, setidak-tidaknya, kalau kita minta pendapat dari istri Ottmar.

Apakah trompet Vuvuzela yang ditiup supporter tiada henti sepanjang pertandingan mempengaruhi terjadinya kekalahan tim La Furia Roja? Jawabnya, ya. Konsentrasi seorang matador harus focus dan focus sepanjang laga. Ketika frekuensi tinggi yang diproduksi vuvuzela membahana terus menerus, maka pekaklah kuping sang matador. Ia tidak mampu mendeteksi derap banteng Swiss yang akan menyeruduknya dari belakang. Maka kita bisa menyaksikan bagaimana Iniesta berbalut kostum merah El-Matador keluar lapangan terpincang-pincang setelah diseruduk banteng putih.

Akan halnya kesebelasan Swiss nampaknya tak terpengaruh tiupan vuvuzela. Mereka menerapkan ritme permainan dengan mengikuti detik waktu jam tangan Rolexnya. Dia tidak menjadi lambat. Tetap semangat hingga wasit meniup peluit pendek dengan bunyi tiupan panjangnya tatkala slor berhenti di angka 1 – 0 untuk Rolex.

---

Sunday, June 6, 2010

Pegawai yang Lebih Apes dari Ibu Sri Mulyani

(Untuk mempermudah pemaknaan tulisan ini, dengan ketersengajaan, akan ditulis tanpa menggunakan huruf besar atau huruf capital. Di samping itu, tulisan tanpa huruf capital sudah jamak dijumpai dalam berbagai SMS maupun e-mail. Demikian agar mafhum dan maklum.)

mutasi

mutasi, utamanya bagi mereka yang berokupasi selaku pegawai, adalah hal yang jamak terjadi dalam perjalanan karirnya seseorang. makna mutasi, dalam korelasi tulisan ini, mengandung arti adanya perpindahan tugasnya seseorang pegawai dari satu lokasi ke lokasi lain. titik beratnya di sini adalah lokasi atau tempat bekerja. bukan jenis pekerjaan atau tanggung jawab yang diembannya. meski demikian tidak tertutup kemungkinan dalam hal mutasi, di samping pindah lokasi, juga berganti peran dan peta tanggungjawab. mutasi yang berbarengan dengan kenaikan jabatan atau pangkat disebut mutasi promosi. jika berbarengan dengan penurunan gaji, pangkat dan atau jabatan dinamakan mutasi hukdis (hukuman disiplin). mutasi yang berbarengan dengan berganti peran, disebut mutasi rotasi. semua aktivitas di atas terjadi dalam lingkup masih dalam satu atap organisasi.

jika lingkupnya sudah berbeda organisasi itu tidak lazim disebut mutasi. mutrasi atau ngemut trasi barangkali jauh lebih pas. contoh sederhana adalah ibu sri mulyani, semula menteri keuangan negara ri lalu berpindah ke amerika menjadi salah satu direktur di bank dunia. terlepas dari karena masalah bank century atau ‘pamit tuku trasi’ yang jelas, seperti lagu sri minggat, beliau tidak lagi bekerja di negeri sendiri. dan ini tidak masuk kategori ‘mutasi’.

ada satu kisah sedih di hari minggu yang slalu menyiksaku. kisahnya adalah seonggok pegawai, orang malang, baru beberapa tahun bekerja eh sudah mutasi. namanya orang malang, eh baru saja dia di sorong tahu-tahu sudah di palu. belum lama di palu terus di lombok. enggak selesai sampai di situ, setelah di lombok terus di biak.

sangat sebentar bisa mengambil napas, musibah tak diundang pun datang.ia dipanggil, suka atau tidak suka, dia akan di sukabumi kan. Prosesnya di akan di mutasikan ke lahat dulu, di balikpapan, dan lengkapnya sukabumi kan. satu-satunya kenang-kenangan yang diberikan oleh perusahaan tempat dia mengabdi hanyalah sebuah nisan. tidak disebutkan nisan yang dimaksud itu jenis livina atau terrano.

---

Yang Lucu dari Piala Dunia 2010

Grobag dan Drogba.

Kecuali yang cuek bongkek, seluruh penduduk Indonesia kenal dengan yang namanya Drogba. Kalo mau disusun ulang huruf-hurufnya bisa aja jadi Grobag. Apa hubungannya Drogba ,striker kondang milik Chelsea, dengan grobag? Kalo dihubung-hubungkan, ya mesti ada. Drogba dengan grobag sama-sama ngototnya. Kalo udah maju, sulit mundurnya. Sulit disingkirkan apalagi didepak. Sama-sama kokohnya sama-sama uletnya. Drogba dan grobag sama-sama mesin uang mesti menggelinding terus!

Drogba alias Didier Drogba, seandainya punya KTP, adalah penduduk Negeri Pantai Gading. Sebuah Negara di belahan benua Afrika yang usianya baru 50 tahunan (merdeka 7 Agustus 1960). Yang gemar berbahasa Inggris menyebutnya Ivory Coast. Yang beraksen Perancis lebih suka memanggil Republique de Cote d’Ivoire. Penduduknya sekitar 20 jutaan orang saja termasuk Mas Drogba si raja bola itu. Di sudut pesawat TV Pantai Gading ditulis CIV. Kenapa begitu? Ya kalo ditulis Tuti atau Evi bisa salah tafsir. Bisa-bisa dikira pertandingan yang lain.

Negara ini disebut Pantai Gading, mungkin dulunya banyak gading gajah yang terdampar di pantai. Maklum kita tahu kalo Afrika itu adalah Taman Gajah Dunia. Atau pungkin juga pantai di situ warna pasirnya, setelah dicat pake spidol, menjadi berwarna gading. Atau mungkin juga tokoh-tokoh nenek moyang mereka berasal dari Pulo Gadung. Sebuah pulau tentu harus punya pantai. Pantainya sudah barang tentu bernama Pantai Gadung. Karena proses verbal vocal dan kelirumologi berubah menjadi Pantai Gading.

Meski usianya 15 tahun lebih muda dari Indonesia tapi squad bola mereka telah bercokol di prestasi kelas dunia. Dalam uji coba awal Juni 2010, sebagai ajang pemanasan Piala Dunia, Mas Drogba dkk menyengat team Paraguay. Kesebelasan yang sudah kondang dari Amerika Latin ini sempat dipermalukan, ketinggalan 0-2. Untung saja, setelah Drogba ditarik keluar, mampu menyamakan kedudukan 2-2 sampai peluit akhir dibunyikan. Sebagaimana penduduk Afrika pada umumnya para pemain bola Pantai Gading tidaklah berkulit gading. Mereka berkulit hitam. Mengkilat, kokoh, kuat dan ototnya bagai Gatutkoco bin Gatusso. Minumannya mungkin Kuku juga, cuma bukan Kuku Bimo karena di sana tidak ada wayang kulit.

Selain Mas Drogba, pemain terkenal dan berbahaya (maksudnya berbahaya itu apa ya? Apa menular atau belum bersih lingkungan?) lainnya adalah Kolo Toure. Ia biasa merumput (emangnya kambing!) di Manchester City sebagai Defender. Sesuai namanya pemain jangkung ini mirip Betoro Kolo. Dia siap mematikan lawan yang coba-coba mau memasuki daerah rawan kesebelasannya (rawan juga apa kamsudnya? Ada ada perang antar kampung atau tawuran anak sekolah?).

Selain Didier Drogba, squad Pantai Gading diperkuat juga oleh Didier yang lain. Tentu saja Didier yang dimaksud tidak ada kekerabatan dengan Didier Nini Towok, Didier Petet ataupun Didier Kempot. Dia adalah Didier Zokora. Pemain berusia 20, tahun jangkungnya 183 cm, menjelajahi kawasan selaku midfielder. Kostum yang digunakan, sesuai dengan falsafah kita Pancasila yaitu nomor punggung 5. Kenapa nomor punggung 5. Iya lah. Orang tulisannya di punggung. Kalo di pinggang pasti Nomor Pinggang 5 !

Dalam kejuaraan Piala Dunia 2006 Pantai Gading berada dalam sebuah grup yang cukup berat. Dia berseteru dengan Argentina, Belanda dan Serbia Montenegro. Tanggal 10 Juni 2006 Pantai Gading kalah tipis 2-1 dari Argentina. Enam hari kemudian skor yang sama diperoleh ketika menghadapi Belanda. Ketika berhadapan dengan Serbia Montenegro, pasukan Mas Didier Drogba baru memetik kemenangan dengan angka 3-2, sekaligus terhindar dari predikat juru kunci. Pantai Gading angkat kopor hanya sampai putaran pertama saja.

Empat tahun kemudian, di World Cup 2010, kembali Pantai Gading mendapat undian yang menantang. Ia harus mampu melawan raksasa bola Brazil dan Portugal. Disebut raksasa bola karena Brazil itu setiap saat disebut berhasil. Tak pernah kalah. Di Grup G lawan yang paling empuk, meskipun belum tentu terbukti, hanyalah Korea Utara. Untuk keperluan ini Pantai Gading memanggil pelatih yang sudah punya nama (emangnya pelatih yang lain nggak punya nama!) yaitu Sven Goran Eriksson dari Swedia. Tarifnya konon khabarnya lebih mahal dari Elpiji tabung tiga kilogram sebanyak satu kapal. Si Uda Goran ini terkenal sebagai pelatih bertangan dingin karena ia sering memegang es batu. Kesebelasan manapun yang dia latih, asalkan menang, pasti menjadi juara. Semua kesebelasan yang dia tangani (meski menyepaknya pakai kaki), kecuali yang gagal, selalu menjadi juara. Sven Goran itu, meski tidak pandai Bahasa Indonesia, suka membaca berbagai Goran. Goran Jawapos, Kompas, Media Indonesia dan Surya adalah kegemarannya. Dia gor-goran menghabiskan uang untuk membeli bacaan goran Indonesia tadi.

Kostum yang disandang Pantai Gading berwarna bagaikan warna bendera mereka yang kuning tua, putih dan hijau. Kaosnya berwarna kuning tua, celananya pendek putih, dan kaos kaki berwarna hijau. Pokoknya keren deh ! Kaos ini diharapkan membawa hoki. Koq hoki? Kan permainannya sepak bola. Iya ya… maksudnya membawa keberuntungan gitu lho…

---